Jumat, 08 Oktober 2010

PKL YANG TUMBUH SUBUR DISEKITAR KITA




Selama ini profesi sebagai penjual pentol, dipandang sebelah mata oleh masyarakat pada umumnya. Pasalnya mereka melihat dari sudut pandang ekonomi dan kedudukan para penjual pentol di lingkungan kemasyarakatan. Memang banyak dari para penjual pentol berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Namun, cara pandang tersebut berusaha diubah oleh Basuni ( 49 th ). seorang penjual pentol yang berasal dari daerah pelosok Jawa Timur, Bojonegoro. Setelah beberapa tahun lalu, sekitar tahun 2001 ia berkelana ke daerah lain dan akhirnya sampai di Gresik. Dan ia memilih menetap di desa Kalirejo. Sekarang dia memiliki seorang istri dan 3 orang anaknya.
Ia pun memulai bekerja sebagai pembuat pentol dan menjualnya sendiri dengan berkeliling. Meskipun hanya dengan modal pas-pasan dan jerih payah, ia sudah merasa cukup untuk memberi nafkah istri dan 3 orang anaknya dari penghasilan itu, bahkan masih bisa mengirim uang kepada orang tuanya di Bojonegoro. Meskipun rumahnya masih mengontrak tapi ia sudah merasa sangat bersyukur bisa menafkahi keluarga dan bisa menyekolahkan anak-anaknya. “ Meskipun makan seadanya, tapi alhamdulillah aku merasa cukup”. “ Yo, kadang-kadang lah sek iso ngirim duek nang wong tuo meski mek sak itik (Yah, kadang-kadang lah masih bisa mengirim uang ke orang tua walaupun cuma sedikit).”ujar wak paijo. Ketika ditanya soal berapa laba berjualan pentol setiap harinya, beliau pun tak malu-malu ” Sekitar 25 ribu sampai 30 ribu, iku sudah bersih mas” tambah Wak Paijo.
Memang lokasi mangkal Wak Jo hanya sekitar daerah Pon. Pes. Maskumambang sampai desa Sembunganyar. Dan waktunya sekitar dari jam 5 pagi sampai jam 6 sore. Meskipun demikian, ia sangat bersyukur atas rizki yang diberikan kepadanya. Karena hanya dengan pekerjaan itulah beliau menghidupi keluarga kecilnya.
Indonesia menjadi lahan yang subur sebagai tempat berkembangnya para pedagang kaki lima. Karena indonesia termasuk negara yang penduduknya bersifat konsumtif. Apalagi pedagang kaki lima banyak menjual makanan yang banyak disukai dan harganya terjangkau. Pertumbuhan pedagang kaki lima di Indonesia mencapai angka 3% tiap tahunnya. Tidak tersedianya lapangan kerja yang cocok untuk masyarakat umumnya membuat mereka memilih profesi sebagai pedagang kaki lima.
Seharusnya pemerintah menyediakan berbagai lapangan kerja yang cocok untuk masyarakat yang minim modal dan pengalaman kerja. Pemerintah beralasan bahwa kendala utamanya ialah kurangnya pendidikan dan ketrampilan sebagian masyarakat indonesia. Memang ada benarnya, tapi bukan berarti pemerintah harus lepas tangan dalam menangani masalah tersebut. Mendirikan berbagai macam pelatihan kerja dan ketrampilan adalah salah satu solusi yang dianggap tepat untuk menyelesaikan masalah yang ada. Sehingga tidak ada alasan bagi pemerintah untuk berpangku tangan dan membiarkan masalah ini berlarut-larut.


WAK JOE

Nama aslinya ialah Basuni, memang jauh berbeda dari nama panggilannya yaitu Wak Paijo. Beliau berasal dari desa Balongcabe kecamatan Gedongagung kabupaten Bojonegoro. Beliau awalnya ialah seorang perantau pencari setoran pentol di Keweden pada tahun 2001. Dan akhirnya ia hijrah ke Dukun.
Wak Jo hidup sangat sederhana, bahkan bisa dibilang kurang dalam kebutuhan sehari-harinya. Dia mempunyai seorang istri dan 3 orang anak. Anak yang pertama bernama Eko Kurniawan. Ia disekolahkan di SDN Kalirejo dan duduk di kelas 6. Besar harapan Wak Jo untuk anaknya yang pertama ini. Wak Jo berharap anaknya bisa sukses dan memberikan kehidupan yang layak untuk dirinya dan keluarganya kelak. Wak Jo berjanji akan menyekolahkan anaknya sampai di Perguruan Tinggi. Anaknya yang kedua bernama Fitri sekarang dia masih menjalani pendidikan di Taman Kanak-Kanak Aisyiah Dukun. Yang ketiga masih berusia 3 tahun. Untuk ke semua anaknya, Wak Jo berharap agar nasib mereka lebih beruntung dan tidak menjalani profesi sebagai penjual pentol seperti dirinya.
Wak Jo mengaku tidak akan mencari profesi lain selain menjual pentol. Karena minimnya modal dan pengalaman yang dimilikinya membuatnya enggan untuk beralih profesi. Menurutnya, menjual pentol memberikan keuntungan yang lebih besar daripada modal yang dikeluarkan. Maka, laba yang dihasilkan dapat dirasakan cukup baginya.
Dia berpesan kepada para pemuda agar bersungguh-sungguh dalam mencapai impiannya dan terus berusaha untuk memperbaiki hidup mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar