Jumat, 16 Juli 2010

Training of Trainer Dasar Penulisan dan Pembelajaran Berkembang

Oleh; Ghoits

Training of Trainer Dasar Penulisan dan Pembelajaran Berkembang adalah sebuah training yang dilakukan untuk membuka potensi seseorang dibidang menulis dan mensinergikan dengan proses pembelajaran yang dilakukanya pada berbagai bidang ilmu. Ada dua hal yang terpenting pada training ini yaitu :
1) Pemahaman terhadap potensi diri dan bagaimana mencurahkan potensi tersebut dalam dunia penulisan.
2) Evaluasi terhadap ilmu yang dipelajari, menyampaikan dan mengembangkan sebagai proses pemerkayaan khasanah pengetahuan pribadi maupun kelompok.

Pelatihan ini di laksanakan pada tanggal 16 sampai 17 juli 2010 di kompleks Pon. Pes. Maskumambang dan di ikuti oleh delapan guru MTS dan MA Maskumambang;
1. Solihan M. Si
2. Ihsanul Haris
3. Moh. Ali Usbakh
4. Firdaus
5. Rifqi Abdillah
6. Ghufron
7. Abdul Basith, dan
8. Musyrofin
serta 2 santri MA Maskumambang;
1. Azhar Bashir, dan
2. Muhammad Hasbi.

Pendidikan di Indonesia akan maju pesat apabila para guru bangga menjadi seorang guru dan murid bangga akan profesinya sebagai murid. Sayangnya, pendidikan formal hanya menjadi sebuah kewajiban tanpa membawa makna ketika para murid telah selesai menuntut kewajiban sebagai murid di sekolah-sekolah umum ataupun sekolah berbasis keislaman. Hal ini di sebabkan karena system pengajaran di Indonesia masih memakai patokan system pendidikan klasik dimana seorang guru menjadi ‘radio bernyawa’ yang hanya bisa berbicara tapi tak mampu mendengar, yang bertugas hanya menyampaikan ilmu dan tidak peduli apakah subjek ilmu tersebut bisa memahami atau bisa menerima apa yang di sampaikan bahkan lebih-lebih bisa senang akan ilmu tersebut. Yang lebih tragis lagi apabila seorang ayah menyekolahkan putranya di sekolah tempat dimana sang ayah tersebut pernah menuntut ilmu dan sang anak bisa menggunakan semua catatan ayahnya puluhan tahun yang lalu lantaran gurunya sama dan muatan ilmu yang di sampaikan sama sekali tidak berubah. Monoton dan stagnant.

Seorang anak jenius berumur 15 tahun dan pernah menjuarai lomba Matematika Pasiad tingkat Nasional tahun 2005 pernah mengutarakan cita-citanya, dia berkeinginan menjadi guru matematika dan ketika di tanya sebab musababnya tentang keinginannya, yang kebanyakan masyarakat Indonesia memandang profesi guru sebelah mata, dengan tersenyum dia menjawab bahwa dia senang matematika sampai menjuarai juara kompetisi nasional matematika karena dia kagum dengan cara guru matematikanya menyampaikan ilmu kepada muridnya dan ini menjadi titik awal kenapa dia senang matematika sampai menjuarai juara kompetisi nasional matematika.

Keadaan menunjukkan situasi berbeda 180 derajat pada seorang pelajar SMA swatsa berusia 17 tahun dan selalu mewarnai rapotnya dengan pulpen merah pada pelajaran kimia dan fisika karena alasan sederhana, ‘aku tidak suka guru kimia dan fisika’.

Dari kedua cerita sederhana di atas dapat kita simpulkan bahwa guru mempunyai tugas bukan hanya seorang pendidik tapi juga pemegang posisi penting dalam kesuksesan para murid selama proses belajar-mengajar. Sekolah Tidak sepatutnya hanya menerima orang-orang pintar saja karena sekolah bukan hanya tempat pengembangan tapi juga merupakan tempat pembelajaran.

Oleh karena itu, training ini bertujuan untuk merubah pola pikir para pendidik dan para santri Pondok Pesantren Maskumambang, di antaranya;
1. Motivation, bahwa tidak ada yang tidak mungkin terjadi bila di lakukan dengan keseriusan dan di lakukan secara berkelanjutan dengan tekat kuat. Menciptakan atau menggunakan potensi yang ada menjadi sebuah karya yang luar biasa.
2. Self confidence, sering kali menjadi batu besar yang menghalangi seseorang untuk melangkah ke depan. Menghancurkan pikiran ‘I can’t do it’ adalah dengan menumbuhkan kepercayaan diri bahwa dengan modal Anugrah Tuhan berupa mesin tercanggih di dunia berupa otak yang bersarang di otak kita sejak kita lahir dan Alhamdulillah sampai sekarang masih menancap, kita bisa melakukan sesuatu seberat dan sepayah apapun itu selama ada ada keyakinan bahwa Tuhan ada membantu kita.
3. Berani mencoba, manusia sukses bukan manusia yang tidak pernah gagal tapi manusia sukses adalah manusia yang kenyang akan kegagalan tapi kegagalan itu membuatnya bangkit dan merubah rasa pahit kegagalan menjadi manisnya sebuah perjuangan untuk meraih sesuatu yang di impikan sampai akhirnya tersenyum karena mendapatkan dengan cara yang begitu sempurna.
4. Takut salah atau gagal, sangat manusiawi jika manusia salah karena manusia adalah tempat kesalahan, Gelar kehormatan dalam masyarakat yang biasa di sebut ‘manusia bodoh’ akan pantas di berikan bagi orang yang jatuh ke lubang setelah sebelumnya pernah jatuh di lubang yang sama. Jadi selama tidak memasukkan diri ke dalam kesalahan yang pernah di lakukan berbahagialah karena anda tidak pantas menyandang gelar kehormatan tersebut.
5. Fokus, mencoba memusatkan pikiran pada satu hal sesuai dengan kerangka tujuan yang sebelumnya tersusun. Dengan memahami tugas dengan baik kemudian berusaha agar melaksanakan tugas tersebut sesuai dengan tujuan dan cita-cita yang ingin di capai. Melalui media tulis di harapkan menjadi wadah pelatihan bahwa dengan media tulis ada suatu keharusan untuk tetap berjalan lurus sesuai dengan kerangka dasar tulisan dan harus sesuai dengan tujuan kenapa tulisan itu di ciptakan.

Training ini, Fasilitator menggunakan enam variable untuk mengukur perkembangan kesepuluh peserta, di antaranya;
a) Sistimatika penulisan
b) Percaya diri
c) Kreatifitas
d) Pemilihan kata
e) Pengembangan ilmu, dan
f) Cara penyampaian.

Training 16 Juli 2010, hari pertama setelah trainer memberikan pejelasan tentang tujuan training, para peserta di perkenankan memilih kata benda yang ada dalam ruang training kemudian dengan kata benda tersebut para peserta di haruskan untuk menuliskan sebuah paragraph dengan tema yang di tentukan oleh trainer (misalkan; sosial budaya, agama, politik, dll). Pada tahap awal ini, hampir semua peserta mengalami kesulitan memahami perintah trainer, mereka menuliskan sebuah paragraf tentang benda yang menjadi kata awal dan bukan menuliskan sesuai dengan tema yang di berikan.
Di akhir pertemuan hari pertama semua peserta mengalami peningkatan di semua variable dan yang paling menonjol adalah rasa percaya diri setiap peserta untuk menyampaikan kepada peserta lain hasil tulisannya dan bahwa siapapun bisa menulis dengan syarat punya kemauan dan tekun berlatih.

Tanggal 17 juli 2010 memasuki tahap kedua, terjadi pengurangan setengah dari jumlah peserta dengan tanpa memberikan keterangan. Dari 10 peserta, di hari kedua hanya di ikuti oleh 5 orang peserta. Di hari kedua ini, Para peserta di haruskan membuat satu puisi dengan tema tertentu dengan menggunakan nama mereka tiap hurufnya sebagai awal satu kalimat. Hasilnya, kelima peserta menunjukkan perkembangan di semua variable dan yang paling menonjol adalah variable continues learning. Hal ini di buktikan dengan hasil pekerjaan rumah yang di bacakan di hari berikutnya.

Tanggal 18 juli 2010, hari terakhir, terjadi peningkatan jumlah peserta di bandingkan dengan hari kedua. Dari lima orang bertambah menjadi tujuh orang. Tahap akhir ini para peserta di berikan suatu bahan yang hanya berupa definisi kata ‘gila’. Dari definisi tersebut di bagi menjadi sub-bab; deskripsi, penyebab, jenis dan pengobatan/penanganan dengan tanpa mencari sumber/bahan. Kemudian masing-masing peserta bertugas menuliskan satu sub-bab. Setiap peserta harus menulis sesuai dengan apa yang di ketahui. Dan setelah masing-masing peserta selasai, para peserta di persilahkan untuk membacakan di depan peserta yang lain dan kemudian mencari bahan-bahan dan data dari internet guna memperbaiki dan menambahkan informasi yang sudah mereka ketahui.

Training di tahap akhir ini bertujuan untuk menciptakan suatu pola pendidikan di kelas dimana guru bukan hanya menjadi pengajar, tapi sebagai pendidik atau bisa di katakan sebagai fasilitator pendidikan. Siswa dirangsang untuk menciptakan rasa penasaran yang besar yang kemudian di harapkan siswa lebih active mencari bahan atau sumber lain, bukan di dorong karena untuk mendapatkan nilai bagus dari guru atau untuk lulus ujian, tapi karena rasa keingintahuan dan kepuasan atas terjawabnya rasa penasaran tersebut. Dengan demikian siswa akan belajar lebih dari bahan yang ada dari buku dan tentunya ilmu yang di dapat lebih ‘menancap’ kuat bukan hanya sekedar ‘angin lewat’. Dan untuk para pendidik di harapkan mendapatkan something new dari hasil temuan para siswa yang kemudian menjadi bahan tambahan untuk di ajarkan di kelas tahun depan dan begitu seterusnya sehingga penguasaan materi oleh guru selalu berkembang setiap tahunnya dan akan berdampak pada meningkatnya motivasi dan kualitas belajar siswa.

1 komentar:

  1. semoga dengan adanya side ini kami semua dapat semakin berkereatif dalam menyiptakan karya sastra

    BalasHapus